Pages

Jumat, 11 Mei 2012

Teman hidup selamanya


Kehadirannya sama dengan kehadiran setiap jiwa di bumi, ya, setiap orang memilikinya. Ketika orang tersebut menghilang, maka ia pun lenyap. Keberadaannya tampak selalu tersedia, padahal terbatas dan tak dapat diminta kembali. Setiapnya selalu ada untuk kita, tak perlu syarat apapun untuk mendapatkannya. Dia tak dapat disimpan ataupun ditunda. Ketika dia terbuang, takkan ada seorangpun yang dapat mengembalikan kepada kita, dia milik kita, hadirnya selalu ada untuk kita. Terbuangnya dia adalah menyesalnya kita. Dialah waktu, waktu yang Tuhan berikan untuk kita. Entah berapa detik, menit, jam, hari, tahun, dasawarsa, atau bahkan abad yang Tuhan berikan kepada kita. Tak ada seorang pun yang mengetahuinya, ya, hanya Dia, Alloh Tuhannya semesta alam yang Maha Mengetahuinya. Setiap detiknya adalah hidup kita. Entah berapa banyak yang Tuhan berikan, yang jelas semua itu ada batasnya. Membuang-buang waktu berarti menyia-nyiakan hidup. Tak ada yang tahu berapa banyak detakan  jantung ini akan terdengar, tak ada yang tahu sampai kapan darah ini akan terus mengalir, mau sampai kapan kita sia-siakan hidup kita, membuang-buang tiap detik yang Ia berikan? Banyak orang berkata, “Penyesalan itu datangnya belakangan”, tapi tak banyak orang yang berpikir bahwa menyesal itu bagian dari sebuah konsekuensi, konsekuensi karena kita telah banyak menyia-nyiaakan hidup kita. Waktu terus berjalan, menyesali yang telah terjadi tak berarti apa-apa, tetapi menjadikannya sebuah pelajaran adaah satu hal yang bermakna dalam hidup ini. “Perbedaan belajar di sekolah dengan belajar dalam hidup ini : Disekolah kita diajarkan pelajaran lalu ujian, dalam hidup ini kita mendapatkan ujian baru memperoleh pelajaran.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar